Jurusan Dakwah Dan Komunikasi Islam
%PDF-1.4 %âãÏÓ 95 0 obj << /Length1 31532 /Filter /FlateDecode /Length 17235 >> stream xœÕ½|\ÅÙ>:sÎöz¶7I»«Õ®Êª÷fíZÍ*–m•µ%Û²%K®¬»�ÁL�ÐB±“˜ÀjÝ„!ÁI!ôÈ—„…B—ôçÌIv€ïÞû»÷÷ÝOøÙç™93³ç¼3óÎ{æ „BZ´ñ¨phãàn'¯€œ‡ ç�»Ã÷À–ËÂ¥ÉZ³eíÆ^ç+R|€�>¼6~þšñ£Ïx²¦ T÷ٺՃßÍ9?�P·ê—¯ƒýÏù�žéŒuwœwü}Ë«�Þé?Ä7 Þ¼ñÐN„zj!½nãày[,šà£�¾Ò¾MƒW§”A{=�À9ìÞ²mõËÚtB‹£ÐÜ{P#rþé�m ö£BÈICfäE9(ŒrQ å¡”ùE¨eC 5â�€TÈ„dHƒìÈŠ‚PÛ†ôHŽÜ(¥ƒ-R‘…À.äANdD>ä‚ï° ¤$_§¼¡ÉÑìŸEðýÛÁŽûÑåèZt#z½‚V¡K@@w¢ƒè§(�~…G/ ÿ&Ï—oD:þœ¿¡©/¦Æ'Æä†Y97BÊ"óÍäL Sÿ<+7N “c 3ÒˆuõÜ3�û/<1õ!é©r’æ® mk|¨¼}òþÉCgÙ -EËÐrÔ�Ð \ÿ0Z‡ÖƒeÎAq´mS›àØZø\©•PjJ=Sj3Ú؆v �è\øoèíRŠÛ*¦w¢]ðßyè|´íA{Ñ>és—˜³ŽìÓç.@BÏ\„.cšs º]½vº]õ©«¦Õº]ýütÝ7êkÏH]ÿ}Ý ãá&t3º}ÆÅ足r¿'æÿ ÝŽî€1CŽÝ9wˆŠ}=ŠŽ¡ûÐýè¸hË!°µ³Ëц[À{á /™uÆÔ~»¦u\;¹¶éJσü‹gÕ8W²#)y ”¤Ð~ ì;Ë×Ã5P=sE4u³xý3¹³òm¹Ì·Í²ÌbŠ¨³s¿Iß‚~3ð.ø$V%ênÐTÝ!êÙù·O—½SLÿ݃~}qHTŒiÎAЇÐO`nÿF÷Â3z¶¢|ú¹Øs 4Š’è: =y�@cbþ·ûºü#R~r:çt=#ä—èxš_Ã,ç�÷°”ûˆ˜GÓ¿F¿�4)ES�¢ÇÀC=�~�þ€žB¿…Ô“âçï õ4zý ½€õ þˆÞ�Ï ô´ü¯à!çÂÚpì|Zÿýø#wƒ—¾s곩]SŸñ-h îÁ »Þ V¹cðÓ?Ø‹4²¿€g?:õ ¿8kâeùºÉ»§Þ�.½ü²Û·mݲyÓÆø9Ö¯[»fõðª•+ú—/[Ú×ëéîê\´pAÇüö¶Ö–yÍM� õs£‘º9µ5ÕU•åeùy¹Y¡`F Ýë´š£^«Q«” ¹Œç0Êm 4ø¡�„,hiÉ#éÀ dÎÊHø «ùÌ2 ߀XÌwfÉ(”\sVÉ(-�.‰_-ªÍËõ5|‰Ó�ß^ÚÙúÚÆ@Ÿ/1.êQËBbB ¿jøšœë} <àkJ4Ÿ»n¤i ÚÕj «5y¹hT£©•È lÅYuX\VSõ(‡Tzòµ >Ø48œXÔÙÛÔèñûûÄ<Ô ¶•P4$”b[¾õäœÑÕ¾ÑÜS#׌ hÕ@X7\Þ›à¡Òß42rEÂNdÙ»ÿê„K^�È 46%Âh¬½kúpB¾‘#8ùÀø?ÎÌ”rAá߈Hr‰Óf‚ãL#878C¸>¿ŸœËÕcQ´ ‰ý�½4íC«
JANGAN LUPA RATE YA GAN
Pandawa Lima adalah sebutan untuk sebuah keluarga di dunia pewayangan yang terdiri atas lima orang laki-laki bersaudara pembela dan pejuang kebenaran. Ternyata seperti halnya tokoh-tokoh pewayangan lain seperti Ramayana, Punakawan dan lain-lainnya. Pandawa Lima juga mengandung makna yg mendalam sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam pewayang Jawa Pandawa Lima lebih dikenal dengan isitilah Pendawa Lima kependekan dari Pendalaman Wawasan Lima. Maksudnya adalah Membina dan Membing Umat agar lebih memperdalam lebih jauh tentang apa arti sesungguhnya tentang Rukun Islam yang lima dan apa makna filosofinya dalam prilaku hidup muslim Dalam dunia pewayangan arti Pendawa Lima adalah merupakan visualisasi dari rukun Islam yang lima, maksudnya bahwa figur Pandawa Lima itu merupakan gambaran rukun Islam yang lima. Berikut uraian tokoh-tokoh Pandawa Lima:
Spoiler for Yudhistira:
Spoiler for yudhistira:
Yudhistira (Puntadewa/Satria Pembarep/Ksatria Tertua) Yudisthira merupakan sulung dari para Pandawa. Dia memiliki sifat jujur, adil, sabar, taat, dan penuh percaya diri. Dikisahkan juga bahwa selama hidupnya, Yudisthira tidak pernah berbohong. Yudisthira mahir menggunakan tombak sebagai alat perang. Dikisahkan juga bahwa setelah perang Baratayuda, Yudisthira adalah pemegang tahta kerajaan Hastinapura. Yudhistira mempunyai senjata “Jimat Kalimasada” alih bahasa dari kalimat Syahadat. Dengan senjata ini ia tidak pernah kalah ataupun putus asa menghadapi musibah, tidak banyak suudzon terhadap setiap orang. Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal dari kata Kalimat Syahadat, yaitu sebuah kalimat utama dalam agama Islam. Kalimat tersebut berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang tunggal, serta Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Tentang Kalimasada : Menurut pendapat tersebut, istilah Kalimasada diciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa pada abad ke-16. Konon, Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah, antara lain ia memasukkan istilah Kalimat Syahadat ke dalam dunia pewayangan. Namun pendapat lain mengatakan bahwa sebelum datangnya agama Islam, istilah Kalimasada sudah dikenal dalam kesussastraan Jawa. Pendapat ini antara lain dikemukakan oleh Dr.Kuntar Wiryamartana SJ. Istilah Kalimasada bukan berasal dari kata Kalimat Syahadat, melainkan berasal dari kata Kalimahosaddha. Istilah Kalimahosaddha ditemukan dalam naskah Kakimpoi Bharatayuddha yang ditulis pada tahun 1157 atau abad ke-12, pada masa pemerintahan Maharaja Jayabhaya di Kerajaan Kadiri. Istilah tersebut jika dipilah menjadi Kali-Maha-Usaddha, yang bermakna "obat mujarab Dewi Kali". Kakimpoi Bharatayuddha mengisahkan perang besar antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Pada hari ke-18 panglima pihak Korawa yang bernama Salya bertempur melawan Yudistira. Yudistira melemparkan kitab pusakanya yang bernama Pustaka Kalimahosaddha ke arah Salya. Kitab tersebut berubah menjadi tombak yang menembus dada Salya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah Kalimahosaddha sudah dikenal masyarakat Jawa sejak beberapa abad sebelum munculnya Sunan Kalijaga. Mungkin yang terjadi adalah Sunan Kalijaga memadukan istilah Kalimahosaddha dengan Kalimat Syahadat menjadi Kalimasada sebagai sarana untuk berdakwah. Tokoh ini memang terkenal sebagai ulama sekaligus budayawan di Tanah Jawa, oleh karena itu Yudhistira merupakan gambaran Rukun Islam yang pertama yiatu Dua Kalimat Syahadat (karena disebutkan bahwa dia mempunyai Jimat Kalimasada.
Bima(Bratasena/Satrio Penegak Pandowo/Ksatria Penegak Pandawa) Bima adalah anak kedua dari keluarga Pandawa. Bima memiliki arti “mengerikan” dalam bahasa sansekerta. Mungkin hal ini karena Bima memang memiliki perawakan yang besar diantara saudaranya yang lain. Tak heran, Bima menjadi panglima perang dalam perang Baratayuda, memimpin tentara Pandawa. Bima diceritakan memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, jujur, tabah, dan patuh. Selain itu, Bima dikenal sebagai tokoh yang tidak suka basa-basi. Dikisahkan juga bahwa Bima adalah titisan Bayu, dewa angin, yang menjelma menjadi Pandu saat menikahi dewi Kunti. Bima mahir menggunakan senjata gada yang terkenal dengan nama Rujakpala, tidak ketinggalan senjata lainnya, yaitu kuku Bima, yang dinamakan Pancakenaka. Pada perang Baratayuda, Bima adalah tokoh penutup perang yang berhasil membunuh Duryodana, pemimpin tertinggi Kurawa. Bima memiliki anak dari perkimpoiannya dengan Dewi Arimbi yang bernama Gatotkaca. Bima digambarkan selalu siap dengan senjata pamungkasnya yaitu Kuku Pancanaka yang diartikan sholat lima waktu haruslah ditegakkan dalam keadaan apapun. Julukan Ksatria Penegak ini merefleksikan Ibadah Shalat sebagai Tiang Agama atau Penegak Agama, oleh karena itu Bima digambarkan sebagai Rukun Islam yang kedua yaitu Menegakkan Shalat.
Arjuna(Wijaya/SatrioPenengah Pandowo/Ksatria Penengah Pandawa) Arjuna adalah anak ketiga. Dikisahkan Arjuna merupakan titisan dewa Indra, raja semua Dewa. Dikisahkan Arjuna memiliki sifat mulia, cerdik, berani, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan. Arjuna adalah tokoh yang paling rupawan diantara saudara-saudaranya. Sehingga tidak heran, kalau Arjuna sering dianalogikan sebagai lelaki yang tampan, gagah, dan gentle di kehidupan kita sekarang. Arjuna lihai memainkan senjata panah. Dalam perang Baratayudha, Arjuna menggunakan Pasupati, nama panahnya, untuk membunuh Bisma, panglima besar Kurawa. Dalam perang juga, Arjuna dikenal sebagai ksatria tanpa tanding, karena saat bertempur, Arjuna tidak pernah sekalipun menemui kekalahan. Arjuna memiliki banyak istri karena ketampanannya, salah satunya yang terkenal adalah dewi Srikandi yang membantu Arjuna membunuh Bisma. Raden Arjuna digambarkan sebagai tokoh yang sangat tampan, lemah lembut, pemberani, pemanah ulung, pembela kebenaran, dan idola kaum wanita. Ini merefleksikan Ibadah Puasa wajib dibulan Ramadhan yang penuh hikmah dan pahala sehingga menarik hati kaum Muslim utk beribadah sebanyak-banyaknya. Keahlian Raden Arjuna dalam bertempur dan memanah ini merefleksikan Ibadah Puasa sebagai senjata utk melawan hawa nafsu. Orang berpuasa banyak godaan hawa nafsu setan apabila tidak kuat menghindarinya pasti akan jebol pertahanannya. Arjuna merupakan gambaran Rukun Islam yang ke-tiga yaitu Puasa di Bulan Ramadhan hal ini karena dia mempunyai/ kesaktian yang tak terkalahkan, dan sesuatu yang menyenangkan pandangan, karena dia gemar Tirakat/bertapa (berpuasa) dan gemar menahan nafsu.
Nakula (Ksatria kembar) Nakula adalah anak keempat dari Pandawa, dan lahir dari perkimpoian antara Pandu dengan dewi Madri. Nakula diceritakan memiliki sifat taat, setia, belas kasih, tahu membalas budi, dan menyimpan rahasia. Nakula memiliki saudara kembar, yaitu Sadewa. Nakula juga terkenal sebagai orang yang tampan, namun tidak seperti Arjuna yang rendah hati dengan ketampanannya. Nakula lebih membanggakan ketampanannya dan tidak mau mengalah. Nakula lihai memainkan senjata pedang pada perang Baratayuda. Kelebihan lainnya yang dimiliki Nakula adalah ilmu pengobatan, karena Nakula dipercaya sebagai titisan dewa Aswin, dewa pengobatan. Selain itu, Nakula lihai mengengendarai kuda, dan memiliki ingatan yang sangat tajam dan tidak terbatas. Nakula adalah gambaran Rukun Islam yang ke-empat yaitu Membayar Zakat hal ini karena dia gemar bersolek dengan pakaian bagus dan bersih, suka memberi serta belas-kasih pada kaum yang lemah, lambang orang kaya yang Dermawan/suka memberi infaq, shadaqah dan zakat.
Sadewa (Ksatria Kembar) Sadewa adalah bungsu dari Pandawa lainnya. Merupakan kembaran dari Nakula. Jika Nakula dianugerahi ketampanan, maka Sadewa dianugerahi kepandaian, terutama dalam bidang astronomi, sehingga Sadewa memiliki kemampuan meramal untuk masa depan. Sifat Sadewa adalah bijak dan pandai, bahkan Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa memiliki kebijaksanaan lebih tinggi daripada Wrehaspati, guru para Dewa. Dikisahkan juga bahwa Sadewa adalah tokoh yang berhasil membunuh Sengkuni, paman para Kurawa yang terkenal dengan kelicikannya dan pintar menghasut. Sadewa berhasil membunuh Sengkuni dengan kecerdikan dan kepandaian yang dia miliki. Sadewa merupakan tokoh pendiam dalam kisah Mahabharata. Sadewa digambaran sebagai Rukun Islam yang ke-lima yaitu Kewajiban pergi Haji hal ini karena Sadewa suka melancong, mengembara mencari ilmu dan hikmah di tempat-tempat yang bersejarah. Zakat dan Haji digambarkan sebagai dua ksatria kembar Nakula dan Sadewa, mereka jarang muncul sebagaimana zakat dan haji diwajibkan bagi orang yang mampu, kalau tidak ada Nakula dan Sadewa maka Pandewa akan runtuh dan hancur begitu pula umat Islam jika tidak ada para hartawan yang sanggup membayar zakat dan menunaikan ibadah haji, fakir miskin akan terancam kekafiran dan kemurtadan. Kesenjangan sosial tidak terjembatani.
SEMOGA THREAD INI BERMANFAATBAGI JURAGAN2 SEMUA
Pada 27-28 Oktober 1928 Kongres Sumpah Pemuda 2 dilaksanakan. Salah satu hasilnya adalah dengan menetapkannya bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan. Jauh sebelum itu, pada tahun 1800-an dari sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Penyengat. Hadir pada masa itu, seseorang cendekiawan muslim dan penulis yang bernama Raja Ali Haji. Ia dilahirkan pada tahun 1808 di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.
Raja Ali Haji adalah seorang penyair Melayu yang terkenal dengan karyanya Gurindam Dua Belas. Karyanya yang bercirikan sastra Islam dan Melayu. Ia juga sangat serius menyajikan sejarah dari masa lalu dengan kondisi zaman. Beliau melahirkan karya-karya sebagai bentuk perjuangan dalam melawan pengaruh dan intervensi penjajahan. Hal ini menjadi awal pengembangan tata bahasa sastra hingga ilmu dalam bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia, bahasa persatuan. Sebuah awal yang kelak akan berpengaruh dalam pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara utuh.
Pulau Penyengat itu adalah tempat singgah dari para pelayar yang akan menuju Pulau Bintan, para pelayar singgah ke Pulau Penyengat untuk mengambil sumber air tawar. Ketika mereka mengambil air tawar, mereka disengat oleh satu jenis lebah yang sangat menyengat. Maka dikenal sampai sekarang dengan nama Pulau Penyengat (Harto, 2016.). Pada masa penjajahan Belanda Pulau Penyengat lebih dikenal dengan sebutan pulau Mars.
Pada abad ke-19, banyak terlahir karya sastra yang tidak hanya terkait dengan kebahasaan. Akan tetapi juga berkaitan dengan agama, budaya, politik dan sebagainya. Pada masa itu, selain Raja Ali Haji, juga lahir tokoh-tokoh karya sastra lainnya (Kembara Wangsa, 2009). Seperti Raja Haji Daud, H. Ibrahim, Raja Ali Kelana, Kholid Witan dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa, karya-karya dari Raja Ali Haji merupakan kegelisahan yang terjadi pada masa tersebut. Semua karyanya berisikan jawaban apa yang terjadi pada masa itu.
Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa lingua franca (Takari, 2013), bahasa perdagangan di pelabuhan dagang yang digunakan oleh para pedagang pada masa itu. Dari semua bahasa di kepulauan Indonesia, mengapa bahasa Melayu dipromosikan menjadi lingua franca? Di sepanjang Semenanjung Malaya terdapat mosaik berbagai dialek Melayu pedalaman, dari lembah ke lembah dan desa ke desa di sebagian besar pulau Sumatra dan di sepanjang pantai Kalimantan.
Bahasa melayu digunakan para pedagang, sambil menunggu persediaan lengkap, para pedagang harus berurusan dengan penduduk berbahasa Melayu untuk mencari persediaan, dan tentu saja membutuhkan cara untuk berkomunikasi dengan mereka. Sehingga bahasa Melayu dipilih dan digunakan sebagai lingua franca karena lebih sederhana dan lebih demokratis.
Kemudian bahasa Melayu mulai banyak digunakan dalam bidang kesusastraan bahasa. Pada masa itu, Raja Ali Haji membuat sebuah karya diantaranya bidang bahasa. Dialah yang sebenarnya meletakkan dasar-dasar pembinaan dan pembakuan bahasa Melayu. Dia menyusun tata bahasa standar dalam Bustanul Khatibin. Beliau menyusun kamus bahasa Melayu. Pembinaan bahasa melayu ini dimantapkan dalam kitab-kitab yang lain.
Kedudukan Raja Ali Haji pada masa itu tidak hanya sebagai sastrawan saja. Melainkan juga sebagai Hakim, Penasihat. Nasihat beliau dipakai para penguasa pada masa itu. Salah satu karya Raja Ali Haji yang di dalamnya itu terdapat bagaimana pengelolaan suatu negeri yang dibuat oleh Raja Ali Haji untuk saudaranya yang menjadi dipertuan muda pada masa itu.
Ilmu menjadi satu tonggak luar biasa, Pulau Penyengat adalah pulau ilmu pengetahuan. Ketika orang Belanda menjajah Pulau Penyengat, Raja Ali Haji menguatkan bahasa melayu melalui karya kebahasaan yang ditulisnya. Ketika itu orang Belanda juga juga menerapkan sistem politik, Raja Ali Haji membuat karya yang luar biasa di bidang politik tata pemerintahan dalam bahasa Arab Jawi. Belanda mencoba menulis karya sejarah yang mengkisahkan bagaimana sejarah bangsa melayu di Pulau Penyengat. Raja Ali Haji pun juga menulis sejarah melayu penyengat dengan pemikiran sendiri seperti silsiah antara melayu dan bugis. Dari karya Raja Ali Haji, seperti Bustanul Khatibin tentang ensiklopedia bahasa melayu (Hassan et al., 2011.). Dengan itu memberi pengaruh yang luar biasa pada saat itu bagi suatu karya sastra yang cukup lengkap.
Jadi begitu penting ilmu bahasa pada masa itu. Melalui upaya mereka mengembangkan dan mengajarkan bahasa Melayu yang didominasi oleh bahasa modern dan dikelola dengan baik, karya mereka sangat unik dibandingkan dengan karya sastrawan Melayu di bidang lain yang tidak menghasilkan karya di bidang linguistik. Saat itu, ada upaya untuk membakukan bahasa Melayu. Dipadukan dengan karya berkualitas tinggi dari berbagai disiplin ilmu lainnya, Bahasa Melayu baku, telah menjadi dialek Melayu yang paling dikenal di Nusantara.
Bahasa melayu ditulis kamus perbendaharaan, kitab pengolahan bahasa melayu, kaidah tata bahasa sehingga bahasa melayu yang awalnya menjadi bahasa lingua franca menjadi bahasa kesusastraan dan tulis menulis oleh masyarakat pulau penyengat, termasuk Raja Ali Haji. Sehingga pada masa itu bahasa melayu dilakukan pembinaan di pulau penyengat, oleh Raja Ali Haji diangkat menjadi bahasa persatuan.
Ketika orang Belanda mencari bahasa yang sudah siap dimanfaatkan sebagai bahasa pengantar di sekolah Bumi Putera di bawah kekuasaan orang kolonial Belanda. Orang Belanda melakukan penjajah hampir ke setiap pelosok negeri di Indonesia. Ketika mereka sampai di Pulau Penyengat, orang Belanda tertarik dengan bahasa melayu. Dikarenakan bahasa melayu pada saat itu sudah dibuat tata bahasa, kamus perbendaharaan, yang diolah oleh Raja Ali Haji dan orang penyengat. Orang Belanda memutuskan bahasa melayu sebagai bahasa nusantara AW Swastiwi, 2019) .
Bahasa melayu juga sudah digunakan ketika kongres pemuda pertama dan kongres pemuda kedua. Pada kongres pemuda kedua tepatnya pada 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Yang mana cikal bakalnya berasal dari bahasa melayu.
Alasan bahasa Melayu dijadikan dasar bahasa nasional adalah karena sistemnya yang sederhana. Bahasa Melayu mudah dipahami karena bahasa Melayu tidak memiliki tingkatan bahasa. Berbeda dengan bahasa-bahasa nusantara, antara lain bahasa Jawa, Bali, Sunda, dan Madura yang mengenal tingkatan bahasa.
Meskipun persebaran bahasa Melayu paling banyak terjadi di berbagai daerah dan melampaui bahasa lain, penutur asli bahasa ini tidak sebanyak mereka yang berbicara bahasa seperti Jawa, Sunda, Madura atau bahasa daerah lainnya. Bahasa Melayu tidak dianggap sebagai bahasa asing karena masih berhubungan dengan bahasa Nusantara lainnya.
Bahasa Melayu memiliki kemampuan mengatasi berbagai perbedaan kebahasaan antar penutur daerah yang berbeda. Bahasa Melayu dipilih secara sukarela untuk rekonsiliasi dan rekonsiliasi dan diadopsi sebagai bahasa rekonsiliasi. Tidak ada rasa kalah dan tidak ada persaingan antar bahasa daerah.
Bahasa Melayu diberi prediket “tinggi” tentulah karena nilai standarisasi yang berhasil dicapai oleh bahasa tersebut. Hal demikian dihubungkan dengan sejarah kebahasaan di tanah air, maka tidaklah berlebihan jika Raja Ali Haji dan penerus telah melapangkan jalan kearah terbentuknya bahasa Nasional di Indonesia. Dia merupakan pelopor yang telah melicinkan jalan pembentukan bahasa Nasioal.
Bahasa melayu merupakan warisan budaya yang luar biasa dari pulau Penyengat, mari kita menjaga dan merawat bahasa persatuan kita yang berasal dari Raja Ali Haji dan orang Penyengat untuk bangsa Indonesia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu
Bertanya dan belajar tiadalah jemu
Maksud kutipan gurindam di atas, menunjukkan bahwa orang yang berilmu atau pintar tidak pernah bosan mencari ilmu baru, dengan bertanya atau belajar. Orang yang berilmu selalu haus akan ilmu baru.
Sebagai generasi muda Indonesia, kita menghadapi tantangan untuk melestarikan dan menjaga penggunaan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Dengan cara ini, orang-orang di sekitar kita dapat bergabung dalam percakapan dalam bahasa Indonesia yang benar, dimulai dari diri kita sendiri. Jika hal ini terus berlanjut, kehadiran bahasa Indonesia akan semakin tergantikan oleh kehadiran bahasa gaul. Lingkungan tempat kita tinggal hanya mempengaruhi cara kita berkomunikasi satu sama lain. Namun, hal ini tidak dapat dilihat sebagai alasan untuk tidak mendukung bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Dengan memulai langkah kecil tadi, kita sudah berkontribusi agar bahasa kita tetap terjaga.
Harto, S. (n.d.). (2016). Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Pariwisata Pulau Penyengat. Jurnal Festiva, 1(2), 11-16. Diakses pada tanggal 22 Februari 2022
Kembara Wangsa, B., Tapak Sejarah di Sepanjang Sungai Johor Jawatankuasa Kemajuan Luar Bandar dan Wilayah, P., Warisan Negeri Johor Kota Tinggi, dan, & Malik, A. (n.d.). WARISAN KEBUDAYAAN MELAYU DI PULAU PENYENGAT INDERASAKTI.
Palawa, AH (2011). RAJA ALI HAJI: PELINDUNG BUDAYA DAN PEMELIHARA BAHASA MELAYU Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman , 10 (1), 182-215. Diakses pada tanggal 24 Februari 2022
Swastiwi, A. W. (2021). Jejak Jalur Rempah di Kepulauan Riau. Jurnal Sosial Teknologi, 1(11), 1-395.251-Article Text-1833-1-10-20211115. (n.d.). Diakses pada tanggal 23 Februari 2022
Takari, M. (n.d.). MELAYU: DARI LINGUA FRANCA KE CULTURA FRANCA. https://www.researchgate.net/publication/256730080. Diakses pada tanggal 24 Februari 2022
https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/16/111339165/jasa-raja-ali-haji-bagi-bahasa-indonesia. Diakses pada tanggal 24 Februari 2022
https://retizen.republika.co.id/posts/15937/penyengat-kota-gurindam-sumbangsih-era-ke-khilafahan. Diakses pada tanggal 23 Februari 2022
https://nu.or.id/esai/bahasa-indonesia-dan-raja-ali-haji-q8Byd. Diakses pada tanggal 23 Februari 2022
Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam STAIN SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
%PDF-1.7 %âãÏÓ 2132 0 obj <>stream 4¨ùÄpt$’ÏJF@‰Y G¯‚¥v/dL†@Ş/`眬ÿ8K>ù¶‡ÏÆÁŸw}§]4!bÏ@´}—–�.4‰5°Í)í€8=fƇn OݹÓâw¡’4èTgŞäœ‰�‰weô骺R¹Edæe·-Ñ¿î·vb’>Ãk8j‚Ø]à˪€¹Ô>ÂpSg€Ÿj�76¯Ø—& 26mİJğ=ËÃÜ o9÷{¿“©Ô¶†îRZ×ê‹[Ø]Tw” 1f9*õçØÈ0.Á÷İ×oÈıÇş––>®.leÚν0åoª�«`VĞ‘ëaˆwİ_ųê+âê/ˆ–9ca²0Mûe³š?)İÆ–Z&ó;Ù5�ójÃÂşÙW‚?á[†Ú䃪�—Äèİ&*o�ß#àµW¤øí�¶jì‹—3˯OãPl¬2ÄÌ’²Î±¯9* VÆ4V¡¾ùJ;&¸˜“>«¾¦�\‡íßöóx)LÅËšOîUò ` ^îkYL´ízÚªÉ3ª$Õú¾”ù™'N¡À¨~e䶖1®LhB6Ï®�«Å±÷3]àA%—ú\�:Ö›[Eû]Ír"ŠÈo�Å�ç=½~“‘‘IH°wò:?ÌGAsîn&(G¿ıCøºcn™xƒå)NáŸfDÿåx‚Á^ :âÇF•q¸Jp�UÛmıhös7� Å+ql5üՃܥVOoÆz^•0{h"5ÙÖЬM²È˜oRí=fGáXÿ9ŞU¢+›N õ©7ê*ëOË7¹ü�¢e{’5F»è‡kqÇ‘šfÃàsC“ÿÇ$’ÇAs·-ˆådºÉy༉]E0@N…“G¢pDšã>SUC=éé�`�Q÷/Tnh³è×®üö¶MŒ¦oÅMzÉí÷8@a¢‰o 0E¾M¦Á‘ëV•BD`�áÀ …å’ÖËÚ?³=M0WğÉ… ßülPuè—ÚS³f EU¢¡ÙÉ"DB—8RÍ«÷E´7ÂKˆõ–nTsòhç�ótL(ÑÿuLZJNl㢡Ÿ�ö‘^ÓxÅ癿£?š¾ÄSEĞRƒš&´õóv€}Üa‡t’IÍñ¥C¸+! endstream endobj 2133 0 obj <>stream ¾1™¹«–XŒD»å=À‘jAøYÈ�–s��g½�3ÃP|ŸÏ†Îş�`ÆÔÛ§0Ú9õçtºÍ· ªÿÓ»J‰'nÑ©é=Y†ôy•`²@z~ÏOƒğ}¢‰vZ}9pU½ú®0™ôl¯gåVÍk,�õˆ’2r)¡¥´ôéW‚£™D|_¢g’GÇ*’`—ì˜íÖáEáÏøæä’¹;v4T±\qÉ»Z°"úÚ-Ö'Ÿ—�[££Ö&Ş=s‰ï3ü�Î\;=½ú¬�äëruÌI$ŠôÛÿ½7ȦâJÁ?VÉÙ2ºA*`ŞEN™ûúÀx^H)j°«Ÿ9ıG`Åş1+Pş‰Dá*OÏfÿB2\LÔG=sm�éSk%µ )r£ëÕîQT M{ˆ,g+HóÎ^Kú¿(ÖqmÊŸşe8xVuȼ¦t³«ŸÏ?,šÈØX—aR³-fÑş8èXáô¢°f«ÉÑUE:ŒBèôÌı½G¯ĞœÀñ/Ş)“SqÉ¿(…ƒÏû»õLNŞ+Í÷/~CÖÈ€v¦£¥¬²€cÒäUÂph§ó<ÊFõEFE‘QÚ?“ß2‡¡v¤œ»cãŠ�½Æt=å¼îĞ‚^@œ�TÏ™ˆ À8Ûk_ÜşŞÈèéV¬dçcš ™ùî¼6B-ô/±ÙK ïhV,]&ÅeğCUßU-ƒIQåf?Ş.�Ù„ˆ�õ:„%"�ühqò;3< l{ò ;Ñ5AM>üÃ’z2ˆÉ)Ÿøqª"h9›Á�jóWHYƒjŒ•ù‡›ä9“5¦éy¿ÄöİÚ•®J/j»§pÈd+.i~Üg²ş’I¨�ɨ¦µYù¡àºW ¾ó©ó;Š6é/[v¯@Zêc ĞùºTãA„éG@–ù^Nô‡º¦º”¦>աω(,]F°ßò¾Æϳ.ªf Q–’Œ$ûÁ2)g*-̳3GšV~˜ï’U^ëªÙ½d€cqû�= Çô4§kè�!›ß:e°2Pd ôçRL(Á�Göüüü0ÿ±Çä> E0d‹°*Œ=eùÈ``�Ï›˜©~IŒ5wBÑÙ�')]“Ù� áÁ¬¨ˆ«ş›Ok¸:�ࣨå#(ğ3�«;Ú¿lZhõ ƒ¿'H_ÕY0úÒGº§|{M§áãIË…˜øzËOj„|JôÖá‡m[LºâÃhòq‹ËVϹKTKûáC7E>¨¯ú$L®ûF¬2úÿƒ‰½S á‚T–qñSòº‘¦äy]É–¹Á‰ “Lôô¢ØSl2¢A;””õ‘ºW Œl[¤®VáÜ®”t† PIÛëB:è¦ëÌPJ6ƒ`ÎsrB�¾İnèÃÂş;¿ŒÒúÒš¢HPͯ8åbxlAóknñr®r9oîmÂrå̤rú‹3veQ/³¢eÍ:rÃ1-¼ÅŠTéÔ¯’!B-¾î´ƒ1îñ+Y¨Ad O|ˆÄ�mízÊk^q�FX™`M�湟دÍ@ïºî§äZÈ®«iEV¼¢ê„÷¢â²|–ÓNÆØ1ÊbÛ,âŒcşTœ®“šÚ]Æ“[Û¢ €æÃc‚âõ(–‹ºµwªÌ¥†ÿS<\tÔQ¹:EŒğfÀu8læ}SÅ9›Uw%Îø@²cÀw8?E¥Ò%3aûó¢82HáwxqyEõ�DëX”Âû1EpºıD°˜v²'rvÉğ/útlÚñc@FAA�.ú<Í£_D¯ö‘k;¼œ|lâÅ/ıf>9ßæíkQjÄ\ÿ!ñ€PFu~û�şÙÁ*ŸĞ˜VpÕ©Á}úÖ2 4Š¿¶Ôó¼Ê0”1ÂÏ´ÃÏí’í�À4?·©s Š[Ú�ò¾¥»Kú5cwQù÷5Ğ©=�nãÍÌåõ_§Ücú^ë�:?};ğ3>.rñ ÙbŞÖøÆ+Ñ´{”¯’[ğ¯v’À›Y¶)¿¤Ex„¾Ä>-ÆÜŞs:Ÿ ıƒF‡�µ‰dEìËzŒ–3ÂITb–¦É£©¼¦›ÉF†R³˜“·Ğ¦f«�q²ÉãÙöV|+’yè?6ô*Ö}3£Å@fjKÔ!ãüöF‘]ˆ\P‰¸W±Ø�Û ZwDH†Nš»×“ŒÑõ‚DL�zuĞÁˆY�¼Š²^äš×à;õ÷Î%”P‹cÏŒ øì;�õaí<ıs} !†µ4™ JÚ…Ñï[Âh J3Úò*(V‚¡ÜQìñV/âÉmS¹ d)Vİ$,ÇÇÌN44a}…�Î@Ù!3îÍdiE¿ç€ìåğ9\çô…Óğ‘ÿš:î1ò 1ã(åøcåò4©Ê>iEéó`€å$è"¿ÚÉiWçºhmùÕûQj5‰Rf_“ôãûtÍ6\´¼!+üTó°k�s/F+©ıõóZ™ÂÍWıßÀû-úß¡�§Ol¤w0à¯î%Äu.b:é€ó(%ÿù 8Ô%%Ş/æ30Ä™JàˆŸ2¢vs9È'ë¬ívQf¦Aô‡XI¡èˆ¯.RÂFœ|p*ã?Cİ‹Ì´/È;®€â¹q×ï~*Í�såÔñOüM•;€³ªò!qÆı�>’¢Ãßp4ÍaoïÄ0=�Cˆâw¾Ó ñgàúïÌÅĞØK‹=ıñVع ‰Y1.úè²/ZscL„’³ãz¬>üÏ*ŒÌ�Wʘõ=µÔ¤ĞÅæü "�ış«� CDÃ×àò'fø¢Â"şİÜ ¸.5�û™åc§Š\³²Bmí íf�%óÑR^H~îÔì̲èš1kÚäÃBÿÓJ¡„ݼÿù4³¿˜ÆÛç6w·Jh‡Û Üuo»‰Óg} Ÿ£iFÒrÙ_yä<‘E¹5rñÅ8¸M�ÚàÔ‡äå/‡%Î�¯EQ®ú|‰[ø“¹ß¦æne%÷W1ïú8!‡|y| �&;iM¥±�5”g/>ËX);Ùì‹İ3øœ!BÑ-f‚TÒö»¨töùe `ÚQj× ÈÀ§*÷¿['QïÅ›È>’“UI+Å¿zŸšÔğ U§L³«ÔtÓ+¯ÿpxßñ|Ë' Ÿøÿ»“�ñ³Ş-.‹uég¢œ�v ´5Aéq‘¦µ·PŒÂ1ÄHkÀ)ÅÇîëç/ ÃI³®¬ç#ã�ʃÚX»Ùv—¸[ÿ«I;±™gBİö†9÷gĞh ¹üD)l¼Ø™ Gİ—+:•ÄøH”ªØã;’³¬Z”'B¯¦'ô«‡÷ZÙF·íöƒ¾gî'Ş�Ã.‚'4Œ‘&8` Qşãb${×ÄÅ;âÉ:ó>à�î¤ŒÇ Œ@ÆP� ÷1òR®VÙá*æqó %p ³‘-añ‚Btü¤™À&g _of%š‰>'s¢}áÌ´d1l†…¸eÍ£½'ˆô«i G®�^[é*x¢†»[H£õ‡}u³ëœ[ .͆…IʼÀc°›ÅŠ·´ä�¢EÇßîu{ÄDI;ñ¦†|sÔ Ô!(;Á²t”‡ã®ƒ>jÑñ_ØÛd(·AÀAü¾œ–MG D$vab™Âúg\L®n<Õ4A;²PsĞúñ}e¬ëª6ì ï£2X›v|h� Äl²Å®7(F?xvQñMÇŸÖ4ğÇÇ™ğ�²mLÙ†$ãšc�6®IË>i‚�âdf º6?w–]òl¾ ¿BÙ�×…ğë“=,ËkG,’ [UT�ïP³Q\QÍİc¼~)�ËÕP§Jiu4ÙL¥¯OOWlù·âY6.iFhub¾otnÛHûÆkğ²Ì°@�ór�’@Ç•iT0rbU¨ŠÏ”^ññ™ *ù�ÿEû§·dó ğqdÇî¬İlºpã{;ÙQZŒ9Q*c¶ŸlŠ8 †ªí€_˸ÔæĞyîC_ÕíßÑÉjÉ&z?�ğ%ı…Ü„{@ò+åÈ/–VÄÆaá!ôø’ nãZ±’úe"ÿ$9Ûıº4ZÉøfHo l E÷' i)Ø)E’l¼¦zîş«×zÜØe¬ÛGê2.°ÏÄ’İ{1%‹K•ªwĞ«¨×ËôhX|o2ßC‚)aŒ¹ù endstream endobj 2134 0 obj <>stream ôTÜI63°PéÍ+Uj‹Ş-â…ü ŸÙÈ é#ηiKÀ¡#W�¬o`a:·Í=�Õ¸ßï'Ùõ€‹İv÷ôÏøì+æ©+pş—mò¹Ém o¹#¸ïQM,"N<Âú+±'øF�à~�´£ZÖ™Äá~lu�ñæLı„¥øGRNÄ¥àç¹ñÏ/µ#ATZŒiÆ kÅK[8“Q•Àûr™M/|àÒ�&qv[ê¯ ºôŞV¬€„øõmfİc3Û¡†ài5HgãE°ÿÇöéR¬¿º‚9�>0PûQ%ɵÇS¢jFŒæEòOL>†ZªO¬²½)ds\bbµ:³.û1êé p“TÏÒ5²“F~?öv*H¢’9”>;r¡SÁ5ÒÚwğBrDV–³¾›Á“+õ4àÇyç÷È R¤B¹'•+«€ÕíH¼·Ñ8)¹nf²×ş‰°¹í½tÉoËGbq™³î¯ ·XRt+è0�ÏÜKÂöì6Ua|ØiB2Ÿ�{ [Öì(A™zëa¤ì'W4¶ÚpÜSğ,Eµ‰ÌO~€ï ŠPRË.!ôeCqÏ¢q÷Ø��a P‡Ş^¸?Ǹì !ÿ¢gPˆ}ƒ¡2Dµ©b©s܃N€ÑÁ”‡)³®‚ªîsIÜdÇ�(+±²¤Ş%†_�¡ÙgÆ"»8–�«Æ.YyDÑß=× ıùe°äÖ¼@÷6pYÃBÌ5í4';1È8z.³ÃK‹Ò.10RXãåMp{Øí23C«°zèRëâöb”¦�ÅO�MÄšqÌ×�y|(»cB:Bwˆ½âÇlÂßNb4î'=DB“×�ú {™0�î'�dM0u cpèêÚW1�(ş†é1‡‹{P †>°ÒªEW…Ø•öÖ(%†°5$H*Ñy;YHá�?ş!Ñ…·*ÎLô- *?ïĞ|F4~ÉJ{™u¡,î3BqŞSfß3Äë`şænd†!oHòK1~F{ʦo�U©Ê«oè쉾¾�;1Z[LĞu"’9ó+ãŒV3\rY’{-°ˆ¿ç‰ú®X�×ZÙe§û.÷Ş·¤:ÂPºËºA!§Á8ÈŒ#Ï°0k¾f{ñÚ;èÆ™E_/…x�:�f2éí‡(|uğX/2Ù�5}Àßàx�µK®™ñt¨nW@Z]OX•gÓk?£+ø±qKoÉΰ›ÈA…KœL=Uw6³âe£Ï§‹¿%ì5©*İÌcÅlÜ502ÈöÑÊ2 w¯Ë~OÄ/—ãàNxb¶Á@5e7qÍ, ©Q$f=óÇàǬş¡gó‚rº^”B-gÑ㔨¯lQ㪠3)AEY§�èI4½ğ‚ùöà\á4ºˆ£¦lè:“ÿEİG‘¥Bx�;ÑûÜJqÙyš¿ùÃúÁ<�iW'T€%‚Ì èá ãmLJ$sÇÜ8ê�™É …aχÙXÒ顸Áê‚ ÃeåtMÿš-ŸÓÛõ�Şëà 3ŒHÒ‚8¢—æB5ÃoVÊ �a ¤À/?Ãd�¿dõ/½0p²�ÍÑU™*Œ–H Ñ+JTÑÕ‡HEáJ}±ê}zv›?dOáF<ğ`ŒH °I88o)fMk Ÿ0M‹ïÂùò�'© endstream endobj 2135 0 obj <>stream õLËèâó(V[`İëFŠÕVeu£A=BOPÜÅyi‰’ôTSÅô’pµ©sÉÇ~ú>³ó¦1hxnŞ'U£ıĞş¯�d`u�v^©K¢N.ZãBµÎŒO )޲¨«ï•6X=ñ¯Ù:WkQ¬„-u†¿,ÓµëøziIu±ÚRºM‚ˆ�Ğé±üs˜δ7óUÙ`%éÌ·%¶+›QOZ_ã»n™1&…ß\Ÿ<] N6yI‡4e²R�á‹FqZ%ÎÆ·çqXóéÛV¸FÙ[ôòBGÑ6:í6k˜‚IËPÌúZv�ö† /œ×e`ö3‰…'úø°¶-™zr_E¶pRM‰t¬qã3äw–OİQ³ˆ m&kÕÖ~M}ã¿Bèè·© }fèÑi6µUK—§`ÿ�ÑM«ÿÛlDÛı¿Ú#£ _“)Ši!ÎşwYıQˆú‚I7¡qÑä댟-!]�–(raò‘g °9Jމ¹‚ì‘Ï‹Ç,È�#ŸV•‘¤²ˆ5©A1™1VkáÉ|rѯ/0µ¾q:Õ-¸TlhФµ�ßÁjMlë ôrNTËH~} ?¤I6Á6<ŠÈ _ç)ï�ïÅ[ÖÚݱ÷4fMMª‘âˆ$|(´é�y6AµŞêÍE°ê9¤|8èiÍ»=6²Kc›ºˆšÌÉ�ìò‡ĞïÀ8¼U¿D�é9Ly±E-Õ"2Ì*Ëv^k¦c‰�}˜y¬RR‚XÌ£�Kb¸ç·ü£.LLÈ,ä�Ø)k<àúİ�n ™Á 6*=šváúéÜcm(‡¹åidTDȽ”¨*㈒µ¯>lÂ^zu÷ׂŠÄİ}…Jh…ºç·(ß:¥€'çܨ1Ïø¼s"nº+¿Şyà};¬ <Öv�ÌÈáJ–ÇÓjuó[ãÇØ1cZ³>Dÿs¸9åËcã" Rkí?ùFZD�Ş5 hy(NØõó½ê�Å&™èÇŠ¿oá\^ _΋¼¸GѬLó¼shãéõì]oå‹X+í§sŞLõ¼4kièÒ9È¢ˆ¹CõÑû¥“˼G"¿zz¡ –H�ÉIø´�ïSm�êXŠ8˜b-ÎõÙ]ÇÍlÅÄçÒ /ïf5^cá��};Ğ~à²Æ8A0暯+¤(âM‡'èRZ»y±ÏçË ÷IîÄØ®,ƒ;r+›JQé醗ùUqÕ=Û+OQf q…•¬dp?o!Ææ XÈjlÆk½{<î¬ø0Á>~¼DX"l‰ endstream endobj 1 0 obj <><><>]/ON[1069 0 R]/Order[]/RBGroups[]>>/OCGs[1069 0 R]>>/Outlines 2 0 R/Pages 20 0 R/Type/Catalog>> endobj 244 0 obj [226 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 498 250 306 252 0 507 507 507 507 507 507 507 507 507 507 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 615 0 0 631 623 252 319 520 0 855 0 0 0 0 0 0 0 0 0 890 0 487 0 0 0 0 0 0 0 479 525 423 525 498 0 471 525 230 239 455 230 799 525 527 525 0 349 391 335 525 0 715 0 453] endobj 245 0 obj <> endobj 246 0 obj <>stream *Q°Óv‡³å‰ ôåë:jZ} o[™Q×æ¡‹³-�ÓÚ嬟ʳ÷]¾�¢«²/4—oC± æ‚l© ³ü8?ğL·§öGcwÏ;£i‡¸›(¬¬›x&Şí�}ãlM¸LAÙËñ• ûâ¤�F ¥ÈLò0¯7ǵ®S€,<�Ù;ı“⺰òà ’Õû2 ³ _�dT�Tp-ïG fSe/%É33Åtîía„ÛÀ>8LÎ!‹öÏ÷×´•ñ$·š€§¹cFû8‘/ÖÏ™ŸG+h“lêÂvòf‡X`g‰üüt.&‹b ë=&>]2ÆÙÔ…ğÂXHFj$Íd:>Õš¶¤q0 ¸f6(ÛÒPpK_ü¨!Ç—¼lúÉÊ#6�Yœ(Œ�–\X«à+ôÕÆÿ>¯Ô:çOŞÍı×Z%¡=RQyVÂh|í †0ÀS¶ÀyÕ“2ôÖ¼‡A½Å„,ş(Ÿ4=lŒ¨Ÿ �£1¹Oh¡Æ4wÊu|ã®^eâOï¢ [Jø<¼AÚË’5{we�a´Ub_Š¦¢iꊼŞí¬JYù=:³›\ȱh}¨Ÿê6)Ğû¯,¼ŸT$WˆÅ©$èˆk®¼Ï#·Dgt•NWu{·^XUa]›D%ß�ğ:�ÔÙš4V:Co™eÙ.ØHßoØèÑwÜ„Y3b3DÉäW±È‚9•<™v?a&/½qgöºØÜñ)¨ä�»?Âoç o±ùßGҔĈgV?1PÙF�:Kçf3�v�¸O%1š´.š•j~cô4y¸\zô9ÏHX”,úä�(2TÖi4ö)ò+ÑığŸ!¸º½ ú"¸¦„SQ-*H+ebuøVõ…p2ñ/õ4† cMëϬSØ2?ŞjšÙ£ä ÕïcŒo)ô¾Re.Û’pä¨yá´b©ˆ—à:Æ4rñsÍó�z|,B K‰÷F,r‹“Î#ò�¦4ö!n䓵F†›zJ€nŠoYš™-émïé¼;Ûùis´Ÿk[èúfö²Î'OùL#×óò>t¨=B'åu]yÎYi•Lg±¢'[MÉtÃÿ�äo‘Ö¼¥kL6�eOÈÛäÚ·fO÷™ÄÁ¿¶ZÒá³™ãêı¤“Ö€z3 @8×±·m‰ü�Jı(ñ”ıMEw�äˆb»|Фҋ2w )\.,Ü/‚º`7²ş˜Â’´Án&!‰¿íÉmã©[¹@®ƒbŸ€U qœ ÓY ‘Œ½?_|gkº”ÕZŒIbù·o� Ë!ì¹¹.æ\k/+—3r)ßç>¨d°¶Ÿƒk0ÓìË;áÃ`h¬LÓßšŠàòóã¥×Çècº´¤/2Ɖ€K{:_Ç¡2ïÄ�õüzÔ²n?»T=Ê"ÆWqÒ—ô!}¶|ȾÏ6Õëúv%ê0»‡%"†Ùl¬©:ÈĞm2ªç¢ O\QJ7—Ÿ&e݉X¨–�UC/Ù°¦nÍæ'X½rZ�Q%–òf,ãÆÅcË™_‡Wí ¤�ÔNG…o*œ"è�®ÒKcåG¯MÍ0¬¾ójÊߪ'¨"î/ ĞÃİIîŠHbğ±éLy¡i§5 —¾>ëŞÔ@¯—x¯iMñwö(^ ]óB"†õÜj±¡_üd–'›f¸ çÄ%D&,P˜à°½ˆğçÅS¨Å¿ñÈw‡Ä¬™±Ş+ôtÌÿ}›>Q�cS�¤Ríj½ñæŒÒı¢��Ç ÌOfåˆ Kv‡… `P\®ûê“¡|l¢^ä*¨j-{ÂF}¾^QcÛbü"SÄÕ¸¤§ÔÙ¿A†ÓMzW`úJOĞ=âûܹ¿É¨p†³|Ş×åk„ͯ“/m¨tÿ~�ö{ g“? JnGm¹úá½töùDÈÚ‹^Ym@I”©H*;§—ì¬[b¼İ-åí/øîç#âÏÊr/»dš°ÃO©•T늼lüRƒX·‡şbRÃb½A£l'ñ—¤k!ÂÒÄÃ÷d1<”kŠæi3Èô'šÓ1t�!XÂ\![İ™$qâwò¤†Ğy%eäqmbT:RèØœĞ}½ãÇU�Xl¥kiêï—ëßy�Y:Âl)*Ú¸5™å ãO⯷»º¸ø‹şSqR’CÂsP£òœ4¶öªÎ>¸·ÌAÁÚÍg¢§¬Ê½M`ÎkH8ÜÂÕŸºZ§ögÆ¡¡‘Ÿw'¼P†ğŒ�~LŸŒnÅ,Xt<ç"æ'Pâ"ı±-I'沓töW gIêxÆÒ8îŠi6vaŸ¤�XF誮�P–1Éœ”©ŠU™n¼F•ŒÒĞlÿDäË£øÆ£>V«ôINN¼ğräh×Ò"gs�²2«6 ûCÉĞÃâÃz(�CT»ç°E³O�‘x?2£vH”9‚�Çfå[—HÔèÂ�.Éé¹ $òl‘MjïA’,8°ùœ*… kÔå÷I„¢ûğ5¶a1·§Ì…ÿyà`‰…ZlOmŒj¦C†ş6¨DØæİÎŒPtÓ¢8̯{’oj�ğ¼ÕıT>,X™×=“¾d¸û\yY]�·8µ%C<{œÓTşº� `Ù9Ìä°¼‡éxH‡A¤tæ«•d€5púÏUǬE'’›Ï†!�q׿£‰YVSÈ ‹=*eÛõ F3à}×Âæ� °T<¿º'œ»uc)Ë©¬tä�BI5�Î}ÙJ®ğÛ(�Xò�¨¶Ì×9fL]§ı »dN�š> 7ıt‹²n¿rŸ‰:J1?pgWjÍ <ŠáZÎs|ám5½…‰æ¿dK®”©”÷Œ[ºL±òÖT7'JöâOö=¿Hıˆr‹†çdÃ& Ya@úXIú\_û÷,lÅÁïÜ|âC3v^Ó(;×ê07ƒqÚ‘XLÚK�ÑnÌ„?·Ú«ÎïMDb¼"bö�Î4qh€èBÅÌ.äCkrb²]l¯/Û¶›4¢.Ùç §)|uk@YW]óñ q�+T:^¢@™sA�Ó6L\›3)o÷ "SØ�VJBãÓ&2&âj;˜ˆ×¡’³eäÆ¿„Ây–Üœ³İYJ{^>@VÃ$ÿª »¡Ró0él”sZÈ{îáÓ-ǵvgš�¼‰/2G`tÒ,‘™…fô—Ãì>³¾-O a²Ÿíğò!--"Áœ›5 ê—$5b¸+�{°?¬]Ÿ&QÓ¯êù‘>èÚá¼ Œ‡½Š ¯Uä{’¿›‰kL,1ly0g·9ª•¶ ùhZœ³„ÄMÀçğI¿ü©¦€“Ï=̾ӑìğAõñ Ñá�`ë.sõ�ÿ �–m}ÙV³ó